Suatu Masa, di Kuil Shaolin

| 2011-03-07

SHAOLIN

Sutradara : Benny Chan
Skenario   : Alan Yuen
Pemain     : Andy Lau,  Nicolas Tse
Ketika Hao Jie menyusuri lorong desa, dengan seragam penuh pangkat dan senyum angkuh, seluruh warga menunduk. Takut dan benci. Di kuil Shaolin,  Hao Jie ada di puncak arogansi; menggunakan senjata dan menghajar biksu yang berani melawan.

Republik Cina di masa awal tengah dicabik oleh perpecahan para panglima perang yang menguasai lahan masing-masing; ditambah lagi dengan masuknya Barat yang memperkenalkan senjata. Hao Jie (Andy Lau) adalah salah satu Panglima Perang—ayah dari satu puteri kecil—yang enggan membagi wilayah kekuasaannya. Di tengah perebutan wilayah itu, Hao Jie dikhianati anak buahnya sendiri Cao Man (Nicholas Tse) yang mempraktekkan semua taktik, strategi dan filsafat Hao Jie yang tak pernah memberi ampun sedikitpun pada mereka yang melawan.

Pada pertempuran itu, puteri Hao Jie tewas. Inilah titik perputaran jiwa Hao Jie. Dia tak lagi merasa hidup, dan memutuskan menyerahkan diri pada para biksu di kuil Shaolin, memangkas habis rambutnya dan betul-betul merendahkan hati dan mempelajari filsafat Buddha tentang welas asih pada manusia dan hidup. Sutradara Benny Chan tak hanya menyajikan sebuah pembuatan ulang film Shaolin Temple (1981) yang melejitkan nama Jet Li, tetapi dia menyajikan drama yang difokuskan kepada transformasi seorang Panglima Perang menjadi seorang penganut Budha yang sederhana.

Tentu saja martial art dan adegan-adegan pertempuran ala Shaolin divisualkan dengan seluruh keanggunannya. Dilumuri cahaya pagi, kita melihat Hao Jie bergabung latihan di kuil Shaolin yang lebih menekankan pertahanan diri dan puasa itu –yang menjadikan mereka petarung yang sungguh tangguh dan berwibawa.

Kita semua tahu, suatu hari Cao Man akan datang bersama pasukannya untuk mencari Hao Jie. Kita juga tahu, Hao Jie, meski sudah bertransformasi , harus meladeni keinginan Cao Man yang ingin melumat seluruh isi kuil serta desa di sekitarnya. Ini semacam kisah pembalasan khas film silat yang sudha kita ketahui plotnya, tetapi kita tetap ingin tahu eksekusi gaya apa yang akan dipamerkan. Yang menarik adalah apa yang diputuskan Hao Jie pada saat-saat terakhir ketika dia sudah berhadapan dengan Cao Man. Apakah dia akan menjadi seorang Panglima yang mementingkan kemenangan, atau dia sudah luluh menjadi seorang penganut Buddha yang menekankan welas asih?

Cerita yang dijalin dengan menarik dan tata artistik yang bersinar, film ini tetap mengandung problem. Andy Lau bukanlah aktor yang memiliki ekspresi yang variatif; sedangkan Nicholas Tse bahasa tubuhnya yang memperlihatkan pemimpin muda yang tengil lebih mirip seorang penyanyi K-pop daripada lelaki jahanam. Sosok koki Jackie Chen memang diciptakan untuk elemen komedi yang menetralisir ketegangan; namun jelas tokoh ini tak harus ada.

Tetapi film ini tetap asyik sebagai tontonan bagi para pecinta film martial art.

Leila S.Chudori

0 komentar:

Posting Komentar